Entahlah, akupun tak menjawabnya!

Aku mulai tak paham bagaimana semua peristiwa ini terjadi. Apalagi untuk menuliskannya sejajar dalam tektur yang rapi dan sesuai plotnya. Bagiku hari - hari yang aku jalani sekarang adalah sebuah rangkaian peristiwa yang prestisius, mungkin juga klise, sebab satu dari ratusan gestur yang sehari-hari kurasakan hanyalah  meproduksi hal yang paling spontan terjadi., minim makna dan selebihnya tak ada usaha untuk mengganggu jalannya masa depan yang buruk.

Sudahlah, mungkin tak penting membicarakan ini. Aku harus bergegas menyundul gelembung-gelembung perkataan yang kadang meliuk-liuk di ubun-ubunku. Aku memang lupa bagaimana rasanya menjadi manusia yang dikorbankan untuk prestise, meski aku memang telah dua tahun menjalani kehidupan tanpa predikat dari lingkunganku berpijak saat ini.

Aku lupa satu hal lagi yang masih merupakan ihwal dari peristiwa siang tadi, apa yang membuat orang-orang ini begitu betah mendekam dalam kegamangan yang ia pilih, bukankah secara sadar orang harus paham betul sebelum melakukan apa yang akan ia perbuat? ataukah memang ada sesuatu yang begitu menginspirasi dari ibadah kantoran para pekerja jasa siang ini? sungguh hal menjemukan untuk menemukan jawabannya, apalagi untuk menjadi bagian dari kegamangan tersebut.

0 komentar: