Pembohong! kau Pembohong, Ucapmu dengan nada yang sedikit membiusku.

Untuk dia yang memanggilku P(eka)


Pemakluman buat kata yang satu ini adalah Ya! Saya jauh dari prediksimu, dan bisa saja semua gagasan yang memenuhi isi kepalamu saat kata-kata tersebut meluncur dari mulutmu adalah kesimpulan sesaat yang kau pun masih ragu adanya. Tapi tunggu dulu, kau tahu? Ada gundah yang kau pancarkan dari intonasi bicaramu tiap kali kau melafalkan kata-kata itu padaku. Aku selalu mengingatnya  dengan sangat jelas. bagaimana tidak, kau memparafrasekannya untukku dengan aksen antagonis
. Kalau boleh jujur, saya kalut sekaligus menangis, tapi kau rupanya seolah  menutupi hal tersebut dengan cara yang tergesa-gesa.

Yang harus kau tahu, pilihan hidupku tak aku peroleh dengan cara yang begitu singkat. Banyak hal sudah yang membuat semua ini seperti apa yang kau saksikan saat ini. Adakalanya Riuh, dan adakalanya pula Kebencian yang begitu mendalam. Saya 

Saat ini Saya benar-benar menangis.
Salam

Kalian membual !

Sekarang aku mempunyai sensasi yang liar, yang kadang-kadang terasa mengganggu  saat otakku mulai berkontraksi merespon bangunan imaji dan garis - garis hayal. Ada kebahagiaan tersendiri saat hal ini akan terjadi, Dan adapula kekhawatiran yang mendalam tentang bagaimana cara membangun jembatan mimpi dan sensasi tersebut menjadi sebuah keniscayaan.  

Beberapa orang berpendapat bahwa sensasi yang kuidap adalah corak dari kebudayaan lingkungan yang kutempati, dan sisanya adalah corak produksi dari setiap pos pos ekonomi politik yang menjejaring.

Aku bukan naif! namun term-term demikian selalu bertipikal seolah - olah kita sebagai manusia harus menerima perkembangan, menjadi bagiannya dan atau bahkan menjadi barang yang dijual oleh perkembangan tersebut. 

Nampaknya ada yang keliru dari statement ini, kalau benar manusia adalah limbah dari jejaring sosial yang tumpang tindih maka mimpiku tak seharusnya tentang sensasi dan proyek pembangunan jembatan mimpi. 

Kalian salah, karena setiap orang adalah perancang sensasinya sendiri, bukan hasil kebudayaan atau corak produksi dari jejaring yang lain, karena tak seorangpun ingin mejadi limbah perkembangan.