Cepatlah, dia telah datang

Aku harus cepat menulis, sebelum kekosongan kembali menduduki sel-sel otakku, karena kejadian seperti ini telah akut bersama kehidupanku yang kian hari kian menakutkan, nyaris hanya pembaringan dan angka-angka yang meluncur sebagai teater pembuka dan penutupnya.

Pagi bukan lagi milikku, atau milik sahabatku sang penempa baja dari olimpus .Pagi sekarang ini adalah milik mereka.seutuhnya. Saat orang-orang disekelilingku mulai bangkit dan menyusun rutinitas, saat itu pula tubuhku yang ku tahu hanya segenggam daging dan tulang ini aku gegaskan untuk merampas kasur dan selimut hangat yang mereka pakai untuk melewati saat malam tadi.  Dengan satu umpatan, bahagialah kekasihku, 4 tahun sudah kita tak pernah khawatir dengan harta dalam rumah kita, Dengan atau tanpa rumah idamanmu, kita adalah pasangan yang bahagia. itu murni dalam hatiku.

Tak ada perenungan sebelumnya, mataku hanya menyusuri celah-celah kecil untuk tumpuan konsentrasi, terlalu berat kiranya untuk menambahkan sesuatu tentang kerinduan lagi, terlebih wanita pemberani itu sudah menemaniku hampir 5 tahun lamanya. Dengan jalan yang panjang penuh tesis dan arogansi, serta percumbuan sepi yang kadang-kadang menurutku konyol untuk kulakukan, hah! tenanglah, Aku menikmatinya.

Hari-harimu setelah pukul 06 sore tadi adalah hidangan tengah malam buatku, Dalam hangatnya sarung yang kuhadiahkan untukmu dan hangatnya teh yang memang telah aku rencanakan sejak kepergianmu siang tadi. Sungguh aku menikmatinya, dalam pekik hujan yang menelisik bambu-bambu tempat kita berteduh, kau bercerita tentang ambisimu dan mimpi-mimpimu yang kadang-kadang membuatku tersenyum untuk mendengarnya, akh! kau tangguh, aku suka kamu.

1 komentar:

Monyet Liar mengatakan...

aku juga suka kamu..
seperti telinga bebalmu dan pundak kekarmu di saung tempat kita berteduh saat kuceritan beberapa ambisiku, smeuanya