Pak Tua!! ini cintaku, bukan kamuflase tentang perang amoral


Sayangku, aku ingin mengadu kepadamu. Tentang aroma hatiku yang kian hari kian membusuk bersama kebosananku bersama manusia-manusia yang serupa radio aktif ini. Tentu sebagaimana kabar paling buruk lainnya, izinkanlah saya memberitahumu lebih awal, Agar cerita ini bisa menjadi kenikmatan dan juga menjadi energi baru buat pertarungan menuju rumah materil impian kita. Rumah pinus dengan perapian malas serta cucu-cucu yang tumbuh dengan keras kepala.

Tragedi malam ini memang hal yang tepat untuk kata yang kupilih pada kejadian ini. Memang benar, tragedi ini sudah lama aku prediksikan akan terjadi padaku suatu saat. Dan akhirnya ini terjadi, benar! tak banyak perbedaan dari film-film bolshevik yang selalu kita tonton saat kita terjebak dalam hujan dirumah orang-orang. Semua tokoh dan perawakannya tak kalah hebatnya, Namun mereka ini lebih pandai dari deretan kata-kata yang selalu kubuat sejajar. Mereka lebih tinggi, kian keatas kian memuakkan, selebihnya meraka para perindu yang lebih toloh dari romeo dan juliet.

Adalah hal yang terpenting untuk kau simak, cerita ini sengaja aku bingkisakan kepadamu dengan tema-tema yang berantai. Semoga kau menyimaknya dengan santai dan sedikit rangsangan balik atau tambahkanlah dengan sedikit makian sebagai pembuka kado cerita ini.

Malam ini pukul tiga lewat tiga sembilan dini hari, seorang lelaki tua berhasil memaksaku menemuinya. Tak banyak bicara aku tentunya, Gaya patronase ala soviet tentu menjadi bagian terpenting dalam adegan ini. Ia duduk pada arah yang sejajar denganku. Sebagai pembuka dialog, Ia mengemukakan beberapa kamuflase tentang perang moral dalam masyarakat yang terpandu. Tentang lazimnya pelabelan individu yang tak mungkin lepas dari kontrol masyarakat.

Sesekali ia tersenyum seolah menyederhakan persoalan ini. Aku tak turut andil tentunya, sebagai seorang kekasihmu yang juga menjadi pecandu mutilasi malah aku bersikap sebaliknya. Tersenyum kecut dengan tangan yang meradang, yang terus menerus kutekan agar tak menyerupai kemarahan.

Intinya Dominan dialognya menyerang kerangka berpikirku yang selalu berakhir pada opsi-opsi serta gaya purba para pecandu demokrasi terpimpin, ya atau tidak bung!. Aku sakit sayangku ? aku menangis! menghitung segala zat dan berapa daun yang sudah ku injak selama mendesain sebuah projek mitos dengannya. Aku menangis dalam hatiku. Ia masih didepanku. Pongahnya wajah itu seolah ingin kuremukkan bersama khotbahnya yang kian meninggi melamapui kebutuhan suprastrukturku sendiri.

Aku tahu mungkin ini bagian terpahit walaupun memang manisnya aku tahu akan sedikit nantinya, akan tetapi benarkah para pendukung ideologi yang gemar patronase selalu memiliki topeng yang banyak? Bukankah beberapa dari para spionis perang dunia kedua tak menyukai kekerasan sesudah membaca sebuah buku tebal tentang strategi dan taktik membunuh lawannya?Aku peragu kali ini sayangku. Aku masih akan menangis dibelakangmu. Semoga aku terus menggemari kebiasaan ini. Aku akan mengadu kepadamu tentang lelaki tua ini, sekaligus dengan air mata yang seharusnya tak kubendung lagi saat menuliskan ini kepadamu.

Sedikit catatan buatmu sayangku, masih dalam keadaan menangis. Aku memberitahumu, hubungan ini kitalah yang menjalinnya, sebagai kesatuan raksasa yang dibangun huruf demi huruf sampai abjad terakhir yang sekaligus menutup.
"Menjalinnya adalah pilihan kita, bukan bagian dari tragedi malam ini. Kitalah pasangan yang mendapat potongan naskah antagonis malam ini. Maafkan aku. Yang selalu menangisi kemarahanku yang entah akan kuhujamkan pada siapa, namun yang terlampau kupungkiri malam ini adalah memilih ketegasanku untuk menyatakan lelaki tua ini adalah musuh yang akan menyulut dendamku pada hari yang terus berganti musim"


2 komentar:

Pungky Prayitno mengatakan...

aku suka banget dengan pemilihan-pemilihan katanya. ini keren. seperti baca tulisan ernest hermingway, membacanya, seperti kejadian itu ada di beberapa centi di depan mata.


salam kenal :)

Monyet Liar mengatakan...

Hubungan ini kitalah yang menjalinnya sayang, kau ingatkan tegas padaku dalam suratmu. Jika suatu saat ada yang membantah bahwa cinta bukanlah bagian dari revolusi maka mari kita nyatakan bahwa mereka adalah musuh, dan kita bukanlah sepasang romi dan juli yang tunduk pada ketololan total. Sundala!!