pembaca musim yang mengendarai mesin waktu

Hari yang meledak-ledak, surat kabar yang menumpuk serta nafsu yang terus memburu adalah naskah basi ala virtual malam ini. Dengan riang kawanan freemason yang gegap gempita mengepul secawan sayatan tembakau yang hampir terbius udara. Lainnya, seperempat tubuh masih telanjang menganga membusung arogan. Dengan nafsu beraroma aspirin yang entah sampai kapan mengerangi sebuah pesta hippis separuh waktu penghujung musim semi.

Dari volume tensi lenon yang terjepit diantara seduhan kopi pekat malam ini. Lelaki pengembara menjumpai obituary dihiruk pikuknya kota. Lari yang tergesa-gesa dan karakter tubuh yang tak beraturan menandakan kejengahannya pada hari-hari yang mekanik, terus berputar, berbaris rapi menuju pada stasiun yang sudah pasti membisu menunggunya.

Tulisan dan essay terlalu letih rasanya menggelantung diruang yang artifisial ini. Sementara Lelaki pengembara yang juga pengendara mesin waktu menolak gagasan dan ide-ide dialektika. Dari dalam dan Jauh hentakannya kian terasa, menegaskan kembali akan bencinya terhadap opsi-opsi keterpaksaan, kemenjadian.dan ke- yang mengkontruksi. Namun ada hal yang  selalu ia bimbangkan selain watak keras kepalanya. Ia ingin keberlanjutan, terus menerus, namun sepuluh lembar naskah pembaca musim harus ia mundurkan.

Aku tahu, ia ingin meniscayakan kehidupan pada pandu manusia pemburu, pada riuh pesta ladang seusai panen, pada jernihnya sungai yang menolak sari pati danone, pada rizoma-rizoma yang menyerupai sarang laba-laba, pada rantai revolusioner kepompong yang menjadi kupu-kupu, terus..seterusnya berlalu, mundur, mengendarai mesin waktu.

1 komentar:

Monyet Liar mengatakan...

eh??
absurd..
apa saya jauh dari catatan mu kali ini??