Romantis mungkin, tapi kau penghujat bengkel tuaku di Olimpia.

Terlampau berlebihan sekiranya bila aku menamakanmu andromeda, perseus atau pegasus dalam kisah-kisah feodum, sebab sangat mudah mengejamu, terlebih dengan analogi yang sangat sederhana dan intonasi yang  tak terlampau buruk menurutku. 

Sekali lagi, walaupun dalam ekstraksi rayuan akut alkohol sepanjang malam ini,  aku senang, sungguh! mengejamu, membuka satu persatu tanggal saat dimana kau menghamili bumi, kemudian melahirkan aku sebagai pendosa, kaulah gaia, ibu nestapa hari-hari yang mengharubirukan dalam hidupku.

Aku tak sedang menyusuri tokoh-tokoh fiksi kali ini, sebagaimana pahammu akan kegemaranku mematahkan beberapa potong parafrase di langit-langit saat aku memiliki kamar dahulu kala. 

Kali ini aku hanya cukup terperangah saja, melihat arogansimu yang menurutku sangat sentimentil, penggundah dan sedikit anti kompromi. Aku suka semuanya, Hanya saja, ada mekanisme yang tak begitu aku gemari darimu, ya! kau penghujat bengkel tuaku di Olimpia

Memang, Teramat mengerikan membicarakan manifestasi tubuh, semua orang mempunyai Banyolannya tersendiri, mengukurnya kemudian memusnahkan pribadi kita diantara bagian yang dominan, determinasinya objektif, yang bolshevik akan mengungguli yang menshevik. 

Tapi  bukankah kita bersekongkol untuk mengelabui semuanya? melupakan umur yang terus menghantar kita pada kematian? Romatic mungkin, tapi kau penghujat bengkel tuaku di Olimpia.

Spektrum, amunisi, sugesti apalagi, tak ada lagi yang menghiasi malam milenia milikku, tumpah ruah mengalir menyertaimu, memburumu dengan perasaan yang tak mungkin lagi disertai nafsu, aku sudah sangat mencintaimu, menyertakan namamu dalam peri-peri nafsu leftish-ku. 

Tak ada, Tak ada lagi. Semuanya mengungguli hasratku melumpuhkan kebiasaanku yang monoton. Tuduhan dan hujatanmu terlampau menjadi bagian dari kharisma yang menyetel  volume cintaku padamu.

Sekali lagi, walaupun dalam ekstraksi rayuan akut alkohol sepanjang malam ini,  aku senang, sungguh! mengejamu, membuka satu persatu tanggal saat dimana kau menghamili bumi, kemudian melahirkan aku sebagai pendosa, kaulah gaia, ibu nestapa hari-hari yang mengharubirukan dalam hidupku.

0 komentar: