Dari Amor, Romeo dan Juliet yang mati , sampai Malam dan Hujan

aku hanya ingin memberitahumu . Sedikit saja tentang Roman yang selalu kubacakan saat kau tertidur dipangkuannku. sebuah roman yang tentu saja kau masih ingat, saat kau selalu memaksa manja ingin kubacakan buatmu.Ditengah waktu kita yang saling memburu.Ditengah waktu kita yang saling menghujam dan saling mencaci. Rasanya ingin selalu kau tahu, Ada beberapa saat yang lalu dunia virtual menjambatani rasanya, namun rasa di akhir penghujan bulan ini justru ingin mengatakan tidak lagi, buat menuliskan kisah-kisah pelarian kita pada musim yang tak habis kita baca, pada muara hirarki masyarakat yang sakit, apalagi pada gegapgempitanya pesta para perusuh sepulang parade. Dua pekan ini pertarungan yang jauh dalam hatiku. Relasi dan hubungan bertingkat seolah semakin tajam.

Trilogi.dwi fungsi,patriotisme,alternatif,partai dan massa, apalagi pasal agama menjejali kedua belah selangkangan basah.bukan rasanya menolak mentah-mentah pada opsi-opsi dan negasi-negasi namun lebih kutegaskan pada kecocokan material dan reaksi pembentuk ide yang selau saja berkumandang dipenjuru kampung-kampung miskin dan megahnya urban. Lalu apalagi yang kau minta comrade? selain proletariat yang terpimpin dan aksi massa yang orang lain katakan pada kita"..ah sudah terprediksi, sudah ketahuan ujungnya" Reaksi yang tumbuh dalam diri ini adalah berusaha memberitahumu bahwa kau memelihara ambisi, kau arogan kau bangsat.

Lagi, kembali pada percintaanku padamu.
Sayangku..material yang terbakar, warna-warni depolitisasi dan bengisnya muka para ksatria berpakaian seragam dan bersenjata semakin membuatku bernafsu. selain dirimu dan kisah-kisah roman, telah ada beberapa helai uang palsu yang kubuat siang tadi buat makan kita saat petang nanti. Aku harap malam nanti semakin membakar, membuat kemauan menjadi hasrat yang akan kupenjara.kudidik dan kupelihara. 

Banyak hal yang sebenarnya ingin kutuliskan saat ini, namun sekali lagi ruang ini terlalu sesak untuk menampung hasrat yang ingin kubagi padamu.Ada baiknya kita keluar dan memaksa beberapa orang merasakan pukulan angin malam dan panasnya pembakaran atau membuat sedikit tendangan-tendangan kecil yang bersarang tepat dijantung kapitalisme. Bukankah semua orang sudah menjadi peragu?berusaha merubah dunia yang absurd dan membosankan, atau justru memodifikasi perang horizontal.

Aku sudah menjadi lelakimu seperempat abad, aku tahu itu yang kau rasakan. Namun deru dialektika seolah berbaris lurus kebelakang, selalu bergerak merekontruksi tindakan amoralku, menciptakan perebutan ambisi kebenaran yang ingin terus kuberikan padamu. 

Hei..ini baru permulaan. Masih banyak yang akan kutulis buatmu, atas nama musim dan waktu. Percayakan aku Membantah kisah paling romantis yang dimiliki Amor atau  Romeo Juliet. Kita yang akan tua nanti, berumur senja, menikmati pagi dan sore dirumah batang pinus, didepan halaman bunga matahari yang mekar di halaman belakang dengan kebun sayur yang melimpah. menemanimu, saat merajut baju benang-benang wol mu saat musim dingin buat aku. menemanimu membuat kopi hangat buat cucu-cucu kita yang keras kepala. menemanimu bercerita didepan tungku diatas kursi malasmu, menemanimu untuk selalu bercerita tentang kau yang hingga saat ini anti peradaban. aku lelakimu, malam dan hujan, bunga dan api.

0 komentar: